Sabtu, 08 Oktober 2016


Banyak tempat yang dapat dijelajah di kepulauan Karimunjawa. Selain terumbu karangnya, salah satu yang menjadi destinasi favorit pelancong adalah hutan bakau (Mangrove). Banyak jasa tour yang menjadikan tracking hutan mangrove sebagai menu andalan dalam setiap paket yang ditawarkan. Well, I`m gonna tell you what`s in.
Hutan mangrove di Karimunjawa jaraknya cukup jauh dari pelabuhan atau pusat kota Karimunjawa. Butuh waktu sekitar 20 menit dengan mengendarai motor. Tidak sulit untuk menemukan kawasan ini, karena hanya ada satu jalan menuju kesana, cukup ikuti saja jalan menuju daerah Kemujan dan saat mulai terlihat rimbunnya pohon-pohon bakau, di sekitar situlah pintu masuknya. Untuk berwisata di hutan mangrove kita perlu membayar tiket seharga Rp 10.000/orang (Senin – Sabtu) dan Rp 12.500/orang (Minggu dan hari libur nasional) untuk wisatawan lokal, sedangkan tarif Rp 155.000/orang (Senin – Sabtu) dan Rp 230.000/orang (Minggu dan hari libur nasional) berlaku untuk wisatawan asing (lumayan mahal juga ya buat wisatawan asing).



 Jalur tracking terbuat dari kayu yang terbentang mengelilingi hutan mangrove. Bagi saya, disitulah letak keindahan hutan mangrovenya. Jalur tracking dari kayu yang unik berpadu dengan rimbunnya tumbuhan bakau, rasanya seperti berjalan di secret garden dan bersiap untuk kejutan selanjutnya. Selama mengelilingi hutan mangrove kita akan menemukan pos-pos tempat istirahat. Ini yang menjadi kesukaan saya, istirahat sejenak dan tidak bersuara sedikitpun, menikmati irama dedaunan yang tertiup angin dan suara-suara burung berkicau, so peaceful. Setelah melewati beberapa pos, kita akan menemukan gardu pandang berupa bangunan tiga lantai yang terbuat dari kayu. Gardu pandang berbatasan langsung dengan laut sehingga kita dapat melihat luasnya hutan mangrove dan laut tak berujung dari atasnya.
Jika berkunjung ke hutan mangrove ini, ada beberapa tips dari saya yang perlu disiapkan:
1.  Bawa lotion anti nyamuk. Ini penting, tentunya reader tidak ingin merasakan pengalaman gatal-gatal digigit nyamuk seperti yang saya alami selama tracking.
2.    Bawa botol minum. Di kawasan hutan bakau ini tidak ada orang berjualan. Akan lebih baik jika bawa perbekalan air minum dan makanan secukupnya. Tapi jangan lupa sampahnya jangan dibuang sembarangan.
3. Gunakan pakaian berwarna terang. Jika reader ingin mendapatkan hasil foto yang maksimal, hindari memakai pakaian gelap saat berkunjung ke kawasan ini.
That`s all I can share. If there any question just feel free to comment bellow. Have a nice exploring day :D

Kamis, 28 April 2016


Tulisan ini saya dedikasikan untuk kucing saya Manis Maranis atau yang sering saya panggil Anis. Kucing yang telah menemani saya selama 16 tahun, sejak saya masih duduk di kelas satu Sekolah Dasar hingga saat ini saya sudah lulus kuliah. Mungkin tulisan ini terkesan konyol dan kucing saya pun tidak akan pernah mengerti apa yang saya ungkapkan, namun melalui tulisan ini saya ingin mengekspresikan betapa Anis sangat berarti dalam hidup saya dan untuk mengabadikan kisah Anis untuk saya baca kembali di kemudian hari.

Mari kita mulai dengan flashback ke 16 tahun yang lalu, tepatnya bulan Januari tahun 2000. Seperti yang saya sebutkan sebelumnya bahwa Tuhan mempertemukan saya dengan Anis saat saya masih duduk di kelas satu Sekolah Dasar di usia saya yang masih 6 tahun. Pada hari itu saya baru saja kembali dari berlibur di rumah nenek di Semarang. Saat saya pulang ke rumah yang waktu itu masih tinggal di daerah Jakarta Timur, betapa saya sangat bergembira menemukan mama kucing milik tetangga saya bersama dua bayi mungilnya yang baru beberapa hari dilahirkan. Mama kucing itu bernama Dewi, kucing milik tetangga saya yang sepertinya lebih betah tinggal bersama keluarga saya. Anis dianugrahi nama Manis karena sikapnya yang tenang dan manis, sedangkan saudaranya diberi nama Jabrik atau Abik karena bulunya sering menjadi jabrik saat dia merasa terganggu. Anis dan Abik menjadi teman baik bagi saya dan kakak perempuan saya. Kami masih sama-sama kecil kala itu, dan dengan polosnya kami mengajarkan Anis dan Abik cara berjalan, main sekolah-sekolahan dengan kucing, mengajari Anis dan Abik menulis dan menggambar.


Pada bulan Juli tahun 2000 keluarga kami memutuskan untuk pindah ke Pekalongan. Tetangga kami yang baik hati menghadiahkan Anis dan Abik untuk kami bawa serta. Kasihan sebenarnya Anis dan Abik di usia yang baru 7 bulan harus berpisah dengan mama nya. Dan saya pun masih terlalu kecil untuk menyadari kejadian itu. Saya masih ingat betul ekspresi Anis dan Abik saat pertama kali menginjakkan kaki di lingkungan baru nya, beradaptasi, setelah berjam-jam perjalanan yang tentu saja membuat mereka stress.

3 years after that day, kisah tentang Abik tidak diketahui kelanjutannya, Abik hilang dan tidak kembali, sepertinya Abik jatuh cinta pada gadis di kampung sebelah. Tinggal Anis saja bersama saya, karena kakak perempuan saya akhirnya kembali tinggal di Jakarta. Anis yang mulai beranjak dewasa untuk ukuran kucing, menghadirkan bayi-bayi lucu sebagai pengganti Abik. Namun sayangnya kebanyakan dari mereka tidak bertahan lama, beberapa meninggal dan sebagian hilang. Hingga Anis melahirkan Polang maralang atau Olang, kucing perempuan dengan tiga warna, yang juga menjadi teman baik saya selama 10 tahun sebelum akhirnya meninggal pada tahun 2013.

Ikatan batin saya dengan Anis sangat kuat, saya sering berbicara dengan Anis dan Anis sering menatap saya, seperti ada hal yang disampaikan melalui sorot matanya. Setiap kali saya pergi jauh saya sering ada firasat saat Anis sakit walau orang rumah selalu merahasiakannya, karena kalau saya tahu Anis sakit sejauh apapun saya pergi saya pasti akan segera pulang. Tempat favorit Anis untuk tidur adalah di atas perut atau di atas tubuh manusia, khususnya saya dan kakak perempuan saya, terkadang pada keponakan-keponakan saya, atau sekedar minta pangku pada ibu dan bapak saya. Anis kucing yang sangat energik, bukan tipikal kucing manja yang suka digendong, dan Anis adalah kucing yang sangat cuek dan hanya mau dipegang oleh orang-orang terdekatnya.


Dari Anis saya belajar tentang banyak hal. Anis mengajarkan saya tentang kesetiaan, Anis tidak pernah pergi jauh seperti kucing saya yang lainnya, dia selalu menyambut saya saat saya datang, apalagi jika saya baru pulang dari pergi yang cukup lama, bagitu mendengar suara saya Anis selalu berlari menghampiri dan dengan berisik berbicara dengan bahasanya yang tak satupun saya mengerti. Anis juga selalu menunjukkan perhatiannya, walaupun terkesan cuek namun Anis adalah kucing yang penuh kasih sayang. Dia selalu mendahulukan anak-anaknya saat makan, seringkali saya lihat saat Anis mendapatkan serangga, cicak atau tikus dia tidak memakannya tapi diberikan pada anak-anaknya, bahkan Anis pernah menghadiahkan saya seekor tikus, its real, saat saya sedang duduk-duduk santai tiba-tiba Anis datang dengan seekor tikus dalam cengkraman taringnya, berjalan mendekati saya dan menaruh tikus tepat didepan saya, saya pergi menjauh dan Anis kembali mendekati saya dengan tikusnya, setelah dihadapkan di depan saya kemudian Anis pergi begitu saja tanpa beban.

Diantara sahabat-sahabat manusia saya justru Anis lah yang paling tahu tentang my life story, saya sering menceritakan pengalaman saya pada Anis, Walau Anis tidak pernah menanggapi tetap saja Anis selalu menyenangkan untuk menjadi teman curhat. She is my best companion in every situation. Bagi pembaca yang memiliki teman baik berupa binatang mungkin akan mengerti tingkah saya, bagi yang tidak suka binatang mungkin akan menganggap saya orang aneh.

Saya akan bercerita tentang hari-hari dimana saya tidak akan pernah lupa dalam hidup saya, beberapa hari yang lalu, bulan April 2016. Tanggal 9 April adalah hari dimana saya baru kembali dari Jakarta setelah sebulan tinggal disana, saya menemui Anis dalam keadaan sehat dan lincah, dia menyambut kedatangan saya seperti biasanya. Tanggal 10  April Anis masih seperti biasa namun saya perhatikan dia tidak begitu nafsu makan. Tanggal 11 dan 12 April Anis hanya mau makan daging ikan dan susu dalam porsi yang sangat sedikit. Tanggal 13 dan 14 April Anis tidak mau makan, secuil pun tidak, susu pun hanya mau karena saya paksa, karena khawatir terpaksa Anis harus saya cekok dengan ikan. Tanggal 15 dan 16 April Anis semakin lemah, dia tidak sanggup mengunyah makanannya, atas saran teman terpaksa saya harus cekok Anis dengan kuning telur dan madu. Karena semakin melemah, tubuhnya kaku dan Anis sudah tidak sanggup berjalan dengan berat hati saya harus merelakan Anis tinggal di klinik hewan untuk di infuse selama 2 hari tanggal 17 dan 18 April. Tidak pernah kering air mata saya mengalir saat saya ceritakan kondisi Anis pada dokter. Pak dokter terkejut mengetahui usia Anis 16 tahun, beliau bilang jarang-jarang ada kucing yang bisa bertahan sampai usia 16 tahun. Dokter sempat mengatakan bahwa beliau pesimis akan harapan hidup Anis, namun saya bilang "apapun yang akan terjadi pada Anis, saya akan merasa sangat berdosa jika saya tidak memperjuangkan hidupnya dalam kondisi seperti ini". Miris rasanya menyaksikan Anis berbaring tak berdaya dengan selang infuse di tangan kanannya, sayangnya saya tidak bisa menemani Anis full time, saya hanya diperbolehkan menjenguknya saat siang saja. Tiap kali saya datang menjenguk Anis dia selalu berusaha bangun meski selalu gagal, padahal perawat bilang Anis selalu tidur saat saya tidak disana. Tanggal 19 April dokter menagabarkan bahwa kondisi Anis membaik dan saya memutuskan untuk merawat Anis dirumah agar dapat selalu dipantau kondisinya. Saat saya datang Anis langsung berteriak pada saya dan terlihat semangat untuk bangun, Dari sorot matanya melihat Anis merasa bosan dan sangat ingin pulang.


Sesampainya di rumah Anis hanya bisa berbaring, terkadang berusaha berbicara meski terdengar sangat lirih, kedua matanya sudah tidak sinkron, pupil sebelah kiri besar sedangkan sebelah kanan kecil. Anis selalu menatap pada satu arah dan tidak bisa berkedip, Hanya sesekali Anis melirik saya yang tak pernah rela mengalihkan pandangan saya terhadap Anis. Seringkali tanpa sadar air mata mengalir begitu saja melihat kondisi Anis, rasanya biar saya saja yang menanggung kesakitan Anis, saya bersedia menukar kesehatan saya jika bisa. Seharian penuh saya dan kakak perempuan saya berjaga disamping Anis. Saat malam kakak perempuan saya membawa Anis tidur bersamanya. Dan malam itu, pukul 22:20 kakak membangunkan saya karena Anis kejang. Anis menghadapi sakaratul maut. Saya dan kakak perempuan saya menyaksikan detik-detik terakhir hidup Anis, saat nyawanya mulai dicabut. Anis memberontak namun dia tidak bisa menghindari takdir. Menyaksikan detik terakhir Anis, duh rasanya, hati ini terasa disayat-sayat. Selasa, 19 April 2016 pukul 22:30, saya dan kakak menyaksikan nafas terakhir Anis telah berhembus, saya menempelkan telinga saya pada dada Anis dan betapa saya dapat mendengar detak terakhir jantung Anis yang setelahnya sunyi, hanya sunyi. Hati saya remuk, tak sepatah katapun sanggup saya ucapkan, air mata membeku tak sanggup mengalir, harapan saya terhadap Anis pupus. Kakak saya tak henti-hentinya menagis, justru saya saking terpukulnya tak sanggup menangis. Saat saya ingat betapa Anis sangat menderita dalam kesakitannya beberapa hari terakhir ini saya hanya bisa mengiklaskan kepergiannya. Mungkin ini cara Tuhan menjawab doa yang selalu saya panjatkan untuk kesembuhan Anis.



Anis adalah yang terbaik dan akan selalu menjadi yang terbaik. Terima kasih atas kesetiaan Anis selama 16 tahun. Kita kecil bersama dan tumbuh besar bersama. Anis is more than a cat, she isn`t a pet I could play on with as I like, she`s a best friend to spend my time with, she`s a good listener I could share my story with.


Selasa, 30 Desember 2014

Weekend terakhir sebelum UTS, kebanyakan mahasiswa akan menolak jika diajak main dan pergi jauh dengan alasan belajar sebelum UTS. Yes that`s right, that`s what we supposed to do. Tapi faktanya, dari beberapa UTS yang pernah saya lalui, hanya mencari coppy materi sebanyak-banyaknya dan tak satupun sempat saya baca, hhe. Dan ajakan memanjat tebing di Siung-Gunung Kidul-Jogja ternyata lebih membuat saya bersemangat daripada sibuk menyibukkan diri menjelang UTS semester 5. Lumayan untuk menyegarkan kembali pikiran sebelum berhadapan dengan serangkaian ujian, sekalian untuk mempraktikkan ilmu vertical photography yang saya dapat dari googling.

Memakan waktu 6 jam 30 menit untuk perjalanan dari Semarang-Siung dengan sepeda motor dengan kecepatan sedang (+ trouble + nyasar + ketinggalan +++++) mungkin akan lebih cepat jika tidak ada bumbu tambahannya. Dengan jumlah personil sebanyak 12 orang, kami tiba di lokasi sekitar pukul 03:00 dini hari, dan kami bergegas mendirikan tenda dan istirahat


When i woke up in the morning, how i surprised and exited. Ternyata pemandangannya indah luar biasa, jauh lebih indah dari yang saya bayangkan menurut cerita teman saya yang pernah kesana. Kami ngecamp di tanah lapang di kelilingi tebing, dan dibelakang camp kami adalah laut lepas hingga samudra Hindia. Tebing menjulang tinggi dan hitam terpantul cahaya matahari pagi, angin yang sejuk, dan lautan yang biru dan bersih. Posisi camp kami berada di atas tebing sehingga tidak langsung terkena percikan air laut. Sempurna

       

Setelah sarapan cukup, kami tidak sabar untuk segera memanjat tebing. Sebenarnya saya ikut bukan untuk memanjat tebing, saya hanya diminta untuk menjadi fotografer dengan menggunakan teknik vertical photography, dan tentu saja saya tidak menolak karena itu pengalaman pertama saya. Nanti saya ceritakan bagaimana teknik vertical photography. Sebagai pembuka dan pemanasan, tim panjat melakukan Bouldering. Boulder adalah pemanjatan tanpa menggunakan pengaman tali karena hanya dilakukan pada tebing yang tidak tinggi sehingga masih aman walau tanpa pengaman. Lanjut pemanjatan hari pertama, Overhang. Overhang adalah tebing dengan kemiringan sekitar 10-80 derajat menjorok keluar tebing. Dengan sudut kemiringan ini sudah pasti pemanjatan akan lebih sulit dan membutuhkan kekuatan tangan yang lebih. Pemanjatan pertama, tim panjat gagal mencapai top.


Sore harinya, kami melakukan pemanjatan kedua, dengan ketinggian lebih tinggi dari spot pertama. Namun pada spot kali ini, tebing langsung berhadapan dengan laut, sehingga akan mempengaruhi faktor psikologis tim panjat. Setelah beberapa kali dicoba, tak satupun tim yang berhasil mencapai top, kesulitan utama dikarenakan permukaan tebing yang licin sehingga seringkali tim terpeleset dan jatuh. Daaann rencana pemotretan vertical di hari pertama, gagal total!


Untuk mengalihkan rasa kecewa hari itu, saya dan teman saya menuju belakang tebing, dari situ kita bisa mendaki ke puncak tebing, dibelakang tebing terdapat jalur untuk mencapai puncak dengan kondisi yang lumayan landai sehingga tidak perlu peralatan khusus, hanya perlu berjalan biasa seperti naik gunung. Perlu hati-hati karena batu tebing yang tajam, terdapat pohon yang jika tersentuh kulit akan berefek sangat gatal dan rasa terbakar, juga karena jika salah langkah kaki kita bisa terperosok ke sela-sela batu tebing. Dari puncak tebing kami menikmati sensasi di atas ketinggian sekitar 50 meter dan sunset yang mempesona.


Malam yang indah beratapkan langit berbintang, api unggun menghangatkan, tawa riang teman-teman yang sudah seperti keluarga sendiri menentramkan, serta petikan merdu gitar membuat saya tak ingin malam itu cepat berlalu. Terlalu indah untuk dilewatkan. Namun sayangnya rasa ngantuk dan lelah setelah seharian menaklukan tebing, terlebih malam sebelumnya yang hanya sempat istirahat sebentar saat pagi hampir datang, mengalahkan keinginan saya menikmati malam lebih lama, slept tight at that night.


Besoknya, saya bangun lebih pagi, bergegas menuju belakang tebing dan mulai mendaki hingga puncak tebing seperti yang saya lakukan kemarin sore. Kali ini saya menikmati sunrise dari atas tebing. Menikmati hangatnya cahaya mentari pagi yang lembut menyentuh wajah. Dari situ kami bisa melihat warna warni camp kami yang terlihat sangat kecil, dan dibaliknya terlihat laut surut dan menyisakan warna hijau di sepanjang garis pantai. Saya penasaran untuk mengeksplore keindahan apa lagi yang disuguhkan siung, saya dan teman-teman memutuskan untuk berjalan mendaki dan menuruni bukit, and what we got?! Such a beautiful beach over there. Namanya pantai Lambor. Dari atas bukit, air di pantai ini terlihat seperti kolam, hal ini terjadi karena terdapat tebing karang di kanan dan kiri pantai sehingga ombak terpecah dan mengalir ke pantai. Kami tidak dapat menolak untuk mencoba dinginnya air laut pagi itu.


Puas berenang, kami bersiap untuk pulang ke Semarang. But what`s going on?? Delay it?? Yeah!! Sebenarnya tidak ada rencana pemanjatan hari itu, karena kami berencana pulang pada pagi hari, agar tidak terlalu lelah saat UTS besok harinya. But we are the young blood. Ternyata kami semua masih haus akan obsesi top tebing dan vertical photography. Tim panjat mulai bersiap. Climb higher and higher. Pada ketinggian kurang lebih 15 meter sang leader membuat anchor untuk SRT (Single Rope Technique). SRT biasa diterapkan pada saat menuruni goa vertical, namun kali ini set SRT dipasang sebagai fasilitas fotografer untuk dapat angle pemotretan yang lebih ekstrim. Dengan kata lain, SRT ini sengaja dibuat khusus untuk saya, hhehe. Setelah set SRT siap digunakan, Leader meneruskan pemanjatan sampai top. Yeah, he did it. Sekarang giliran saya yang naik menggunakan set SRT. Karena di tebing, maka saya menggunakan teknik SRT tidak menggantung seperti biasanya, hal ini untuk menghindari friction karena permukaan tebing yang tajam. Saya melakukan pemanjatan seperti teknik pada panjat tebing hanya saja pengaman yang saya gunakan adalah pengaman untuk goa vertical. Saya suka menyebutnya dengan kolaborasi teknik.





Pada ketinggian kira-kira 10 meter, saya stay disitu menunggu tim yang bergiliran memanjat. Vertical photography mulai saya lakukan. Kamera saya gantung di leher dan ditambah carabiner sebagai pengaman. Kaki saya harus tetap bertumpu pada tebing dan tidak boleh menggantung karena tali karmantel bisa tergesek dan rusak. 2 jam saya bergelantungan di ketinggian 10 meter, sampai rasanya kaki saya hampir mati rasa. Sebenarnya bergantungan dengan harnes terlalu lama tidak dianjurkan, karena aliran darah dalam tubuh terhambat dan dapat mengakibatkan pingsan, tim rescue yang bakal repot kalau sampai pingsan. 

Pengorbanan saya membuahkan hasil yang memuaskan. Rasanya makin penasaran untuk mencobanya lagi di tebing-tebing lain. Terimakasih tim. Faran, Soki, Fadhlin, Edi, mas Coro, mba Diah, Karis, Nene, Wisnu, Afghan, Temon, kalian luar biasa :D




Jumat, 22 Agustus 2014

Rasanya masih sangat segar di ingatan, penyelaman terdalam pertama, penyelaman terindah pertama, petualangan underwater di pulau Sambangan-Karimunjawa. Sudah cukup lama sebenarnya, perjalanan itu saya lakukan bersama 5 orang lainnya yang terbentuk sebagai tim selam Wapeala dan kami menamakannya Epusam Transtek (Eksplorasi Pulau Sambangan dan Transplantasi Terumbu Karang), tepatnya tanggal 4-7 Oktober 2013.
Perjalanan kami mulai dari sarang kami di PKM Joglo Undip Pleburan menuju Jepara pukul 1 dini hari tanggal 4 Oktober 2013. Perjalalan yang dingin menggunakan mobil bak terbuka saat banyak orang memilih untuk terlelap di atas kasurnya yang hangat. Kami sampai di pelabuhan Kartini Jepara pukul 3 dini hari. sengaja kami melakukan perjalanan malam hari karena kapal milik PT. Pura Group yang akan kami tumpangi secara gratis akan berlayar pukul 5 pagi hari.

Perjalanan laut terlama pertama yang saya alami, kapal bertolak menuju lautan tepat pukul 5 pagi. Karena kapal yang kami tumpangi adalah kapal barang, yang sengaja menuju Jepara untuk mengambil persediaan makanan bagi Ikan Kerapu yang dibudidayakan di Pulau Sambangan maka kapal singgah dulu di Pelabuhan Ujung Batu Jepara dan baru benar-benar berlayar pukul 8 pagi. 6 jam 30 menit terombang-ambing di lautan, dan pukul 14:30 siang kami sampai di pulau sejuta pesona itu. Bagaimana tidak, pulau Sambangan merupakan pulau terindah pertama yang saya temui. Airnya biru dan sangat jernih, banyak ikan, bahkan kedalaman 10 meter pun terlihat dasarnya. Istimewa.

Misi kami ke pulau Sambangan ini bukan sekedar wisata. Sebagai pendidikan lanjutan divisi selam wapeala, dan setelah melakukan sertifikasi selam, kami bertugas untuk Transplantasi Terumbu Karang dan Pengamatan Budidaya Ikan Kerapu. Pulau Sambangan adalah pulau milik perusahaan Pura Group yang dikelola oleh PT. Pura Baruna Lestari. Setelah melakukan lobby & negosiasi dengan proposal yang kami ajukan, akhirnya kami mengantongi ijin untuk berkegiatan di pulau surga itu. Beruntungnya lagi, perusahaan menyediakan kapal gratis untuk kami tumpangi pulang-pergi, penginapan, dan juga yang terpenting scuba set.

Hari kedua, 5 Oktober 2013. Kami melakukan pengamatan budidaya ikan kerapu yang dipandu oleh mas Dani. Ikan yang memiliki harga jual sangat sangat tinggi, kata mas Dani, bahkan bisa mencapai 2 juta per porsi yang berisi satu ekor di restoran Indonesia. Nah ini dia yang kami tunggu-tunggu, siang harinya, kami melakukan penyelaman dengan kedalaman 10 meter yang dipandu oleh mas Arfian.

Hari ketiga, 6 Oktober 2013. Sejak pagi kami telah bersiap untuk melakukan transplantasi terumbu karang. Kami mempelajari teknik transplantasi sebelum ditanam di laut, jadi transplantasi dilakukan di pos transplantasi.

Siangnya, seperti yang selalu kami idamkan, penyelaman di antara pulau Sambangan dan pulau Genting dan dipandu oleh dive master, pak Asrory. Spot ini merupakan Slope yang cukup dalam, kalau di daratan, slope itu seperti tebing. Terumbu karang yang ada di slope ini luar biasa besar. Yang saya rasakan saat itu agak sedikit seram. penyelaman saat itu mencapai kedalaman 17 meter, karena posisi di slope maka kondisi agak gelap dan air cukup dingin karena cahaya matahari tidak menembus air sampai dalam. terlebih lagi karena terumbu karang yang sangat besar dan kebanyakan jenis Arcopora dan Montipora, sehingga terkesan seperti mulut-mulut monster yang siap menelan. Sayang sekali, kamera underwater yang kami gunakan tewas karena tekanan bawah air sehingga hanya sedikit yang bisa didokumentasikan.
 

Catatan, penduduk di pulau ini sangat sangat baik. saat penyelaman, ada beberapa penduduk yang ikut menemani kami, dan mereka dengan senang hati mengajari kami cara berburu ikan menggunakan alat tradisional yang berbentuk seperti tembakan.

Malam harinya, malam terakhir bagi kami di pulau Sambangan. Syukurlah kami berkesemapatan mencicipi ikan kerapu bebek, ikan mahal itu. Walau ikan yang kami makan adalah ikan yang hampir mati karena dekompresi, hhe.
 



Hari keempat, 7 Oktober 2013. Sedih rasanya harus segera meninggalkan pulau itu, somehow karena kami juga tidak akan bolos kuliah terlalu lama. Perpisahan mengharukan di atas dermaga dengan mas Dani dan mas Arfian, pengelola pulau yang menjadi teman baik selama kami disana. We`ll be back again.

Minggu, 06 April 2014


Setahun yang lalu, ditanggal yang sama, 6 April ditahun 2013, 12 Beo Nias telah resmi bergabung menjadi keluarga besar di hutan yang biasa disebut orang sebagai Wapeala. Bergabung bersama 28 hewan Endemik Indonesia lainnya yang telah lebih dulu menjelajah hutan. Tidak mudah untuk berhasil hingga pencapaian ini. Saat masih dalam bentuk embrio tidak sedikit yang gugur. Memang tidak semua telur menetas.
 Beo Nias yang terdiri dari 8 betina dan 4 jantan ini telah melewati berbagai kondisi suka duka. Berkenalan dengan alam dan alam yang menempa mental serta mempertegas karakter kami. Berhasil mencapai hutan bukanlah akhir dari perjalanan panjang kami, ada lebih banyak hal kami pelajari disana. Terimakasih Gracula Religiosa Robusta, telah menjadi bagian dari hidup saya. Terimakasih Wapeala yang membuat kami menjadi saudara.




"Tetaplah terbang tinggi Beo Nias ku, dan tebarkan benih-benih kebaikan"

 



Diberdayakan oleh Blogger.

Instagram

Popular Posts

LATEST POSTS